langit tinggi bagai dinding,Lembah luas ibarat mangkuk, hutan menghijau seperti Zamrud,  Sungai Mengalir ibarat naga, tak terbilang kekayaan Kampung ini. Sungguh tak terbilang.  Lantas Apakah harta karun paling berharga kampung?” – Wak Yati

Tak bosan-bosannya aku membaca dan membahas novel Tere Liye. Kali ini tentang serial anak-anak yang berjudul Si Anak Pintar. Judul buku sebelumnya adalah Pukat. Sampai tahun 2022, bukunya masih laris dan beberapa kali berganti cover.

Pada buku yang ku baca, nampaknya cover berganti di tahun 2020 cetakan ke-6. Kayaknya sih, maaf kalau salah. Hehe. 


BUKU INI DARI TUKAR BUKU

 Aku gak beli buku ini loh. Aku dapat dari teman, dengan kami tukaran buku. Aku menukarkan buku “Sabtu Bersama Ayah” agar mendapatkan buku Tere Liye ini.

Dan sekarang keberadaan bukunya tidak lagi di aku. Sudah menjadi milik orang lain. Ya karena tukar buku. Hehehe. Seru loh tukar buku.


Beberapa kali aku pernah mengikuti program tukar buku. Yuk ikutan juga. Seru loh. Setiap bulan diadakan oleh akun instagram @bukuberjalan

 

IDENTITAS BUKU

Judul : si anak pintar

Penulis Tere Liye

Penerbit Republika

Jumlah halaman 345

Tahun terbit 2020 (cetakan ke 6) 

Cetakan pertama tahun 2018. 



Sinopsis tentang si anak pintar

“Kau bukan Pukat si anak pintar, kau lebih dari itu. Kau Pukat si anak yang genius”/

Buku ini tentang Pukat, si anak paling pintar dalam keluarga. Masa kecilnya dipenuhi petualangan seru dan kejadian kocak – serta jangan lupakan pertengkaran dengan kakak dan adik-adiknya. Tapi apakah dia mampu menjawab teka-teki hebat itu, apakah harta karun paling berharga di kampong mereka?

Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya.

 

Sekilas ceritanya ….

Novel serial anak-anak ini memiliki rating 4,2 versi goodreads. Bercerita tentang Pukat. Anak kedua dari 4 bersaudara. Pukat dijuluki si anak pintar dalam keluarganya.  

Novel ini menggunakan sudut pandang “aku”. Sebagai orang pertama yang menceritakan kisahnya. Sepertinya, kisah berfokus saat usia SD kelas 4 atau 3.

Kisah kehidupan sehari-hari Pukat bersama keluarga, kehidupan sekolah, bersama teman dan warga kampungnya. Tentang sifat anak-anak yang suka bermain di sungai. Main dan main hobinya.

Meskipun begitu, kata mamak dan bapaknya, Pukat adalah si anak pintar. Pukat memiliki jawaban dari setiap pertanyaan. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

Pukat memiliki kepedulian terhadap sesama, termasuk membantu tetangga. Dalam bab, warung kejujuran. Pukat mau bersusah payah, mengorbankan waktu membantu warung kejujuran.

Wak Yati memberikan teka-teki hebat untuk Pukat. Harus dia jawab, meskipun Wak Yati telah dimakamkan. Pukat menemukan jawabannya saat perjalanan menuju Amsterdam. Pukat pun memenuhi janjinya, untuk menjawab teka-teki itu di makam Wak Yati.

 

KUMPULAN KUTIPAN FAVORITKU

Halaman 94. 

"Bukankah Bapak sudah bilang," bapak meletakkan benang pancing dan alat jahitnya. "Tidak ada yang bisa menebak perangai orang lain hanya dari simbol-simbol. Perangai tabiat sifat atau apalah kau menyebut nama binatang ini sejatinya adalah bawaan hidup menempel ke kita karena proses yang panjang. kau tahu keluarga teman dan lingkungan sekitar memberikan pengaruh besar dalam proses itu. Jika kau terbiasa memiliki keluarga teman dan lingkungan sekitar yang baik, saling mendukung maka kau akan tumbuh dengan sifat yang baik dan elok pula. Tidak jahat tidak merusak. Siapa yang paling tahu kau memiliki sifat apa? Tentu saja kau sendiri. "

 

"Kitalah yang paling tahu seperti apa kita, Sepanjang kita jujur terhadap diri sendiri. Sepanjang kita terbuka dengan pendapat orang lain mau mendengar masukan dan punya sedikit selera humor menertawakan diri sendiri. Dengan itu semua kita bisa terus memperbaiki perangai. 

 

Halaman 178. 

"Untuk urusan cinta dan perasaan, kecantikan bukan segalanya. Ada petuah bijak seperti ini beratus kisah tentang Putri Jelita tidak akan berhenti hingga kiamat nanti berjuta wanita hendak terlihat cantik, tidak akan pernah sadar hingga ketuaan datang tak tertahankan. kau tahu kenapa? 

kau tahu kenapa kebanyakan orang menganggap kecantikan seorang perempuan lebih penting dibandingkan perangai yang baik? karena di dunia ini lelaki bodoh jumlahnya lebih banyak dibandingkan lelaki buta. 

 

Halaman 180. 

"ini teka-teki wawak yang paling hebat, Pukat. Inilah teka-teki Wawak ciptakan sendiri bukan dari dongeng-dongeng tua Kakek Nenek kau. " 

"Wawak percaya kau akan tahu jawabannya. Kau selalu tahu jawaban semua pertanyaan bukan? maka berjanjilah kau akan datang secepat mungkin kesini jika kau sudah tahu jawabannya. Bahkan kalau jasad Wawak sudah dikuburkan kau akan tetap menyebutkan jawabannya diatas pusara Wawak. Bersaksi kan pohon terap raksasa. "

 

Jawaban teka-teki di halaman 344. 

Kamilah harta karun paling berharga kampung. anak-anak yang dibesarkan oleh kebijaksanaan alam, dididik langsung oleh kesederhanaan kampung. Kamilah generasi berikut yang bukan hanya memastikan apakah hutan-hutan kami, tanah-tanah kami tetap lestari, tetapi juga apakah kejujuran harga diri, Perangai yang elok serta kebaikan tetap terpelihara di manapun kami berada. 

 

Halaman 315. 

"kalian tahu setiap butir nasi ini berharga," Bapak memecah suara sendok. "burlian, Pukat kalian sudah membantu banyak membuka hutan tahu prosesnya mengerti bahwa setiap bagian tidak mudah dilaksanakan. "

"Bagi kita petani adalah kehidupan. Proses panjang menghargai kasih sayang alam dan lingkungan sekitar. proses panjang dari rasa syukur kepada yang maha kuasa. Lihat padi-padi ini tumbuh subur tapi hanya dengan kebaikan Tuhan lah esok lusa akan muncul bulir-bulir padi yang banyak. Kita tidak pernah bisa menumbuhkan padi membuatnya berbuah kita hanya bisa membantu prosesnya. " 

"Tetapi apapun yang terjadi kita sudah melaksanakan prosesnya dengan baik. Sekarang tinggal menunggu dan berharap. Itulah kebijaksanaan tertua yang dimiliki leluhur kita. Menunggu dan berharap. Selalulah meminta pertolongan dengan 2 hal itu. Menunggu itu berarti sabar berharap itu berarti doa." 

 

Halaman 272. 

"Lubang pembuangan ter kotor di dunia adalah mulut kita." Nek Kiba menghela napas pelan. "Mulut kitalah yang setiap hari mengeluarkan bau paling memualkan, mulut kitalah yang tega mengunyah bangkai, mulut kitalah yang menelan lantas memuntahkan kotoran busuk. 

"Oi , andaikata kalian bisa menjaganya. Tapi kebanyakan dari kalian tidak bisa menghindari mulut mengeluarkan sampah-sampah tidak berguna, meski tidak bau dan tidak mengganggu. Kalian tetap sering mengeluarkan ucapan mubazir, perkataan sia-sia. Apalagi yang sama sekali tidak bisa menjaganya. Sungguh itulah lubang pembuangan terkotor di dunia. " 

Kami terdiam. Ahmad mengerti sindiran nek kiba. "Bergunjing itu jahat. Kalian tahu laksana apa orang yang suka bergunjing? Laksana dia mengunyah bangkai saudara sendiri. Jika kalian justru ramai-ramai melakukannya, itu ibarat berpesta pora mengunyah bangkai busuk, penuh belatung dan nanah. menjijikkan, bahkan babi pun tidak mau melakukannya. tetapi itulah kebenarannya. hanya mulut paling kotor sedunia lah yang tega memakannya. Tidak lebih tidak kurang." 

 

LABELING POSITIF PADA ANAK

Inilah hal menarik yang terdapat pada novel ini. memberikan labeling positif kepada anak.

Labeling adalah menetapkan atau menggambarkan seseorang dalam hal-hal yang berhubungan dengan perilakunya. Label cenderung dilihat sebagai gambaran keseluruhan orang tersebut, bukan dari cerminan perilakunya satu persatu.

Terdapat 2 labeling yaitu positif dan negatif.  Jurnal penelitian yang aku baca, berkaitan dengan labeling negatif. Labeling negatif memberikan dampak melalui 3 cara yaitu:

1. membentuk konsep diri

Label “nakal” yang diterima anak akan membentuk konsep bahwa dirinya seorang anak nakal. Lalu dia akan menampilkan perilaku-perilaku anak nakal. Konsep diri berkembang secara berulang-ulang dan dari pengalaman

2. persepsi orang tua/ orang dewasa

Orang tua/orang dewasa lain menganggapnya anak nakal. Walaupun anak melakukan lawannya dari nakal (perilaku baik). Misalnya mencuci piring, tapi orang tua cuek padanya. Juga tidak didukung. Orang tua berpikir “pasti ada maunya nih anak”. Hal ini bisa membuat anak frustasi dan berhenti melakukan hal baik.

3. perilaku orangtua/ orang dewasa

Karena telah tertanam pikiran negatif tentang anak, akhirnya orang tua berperilaku yang negatif pula. Seperti tidak mau menasihati anak.

 

Dalam buku ini, untungnya Pukat mendapat julukan yang baik. Pukat si anak pintar. Cerita juga didukung tentang Pak Bin (gurunya) memberikan amanah kepada Pukat untuk mengurus warung kejujuran.

Orang tua, dan neneknya pun memberikan dukungan positif untuk Pukat. Sehingga, akhirnya Pukat memiliki rasa percaya diri. Dapat menjawab pertanyaan Wak Yati dan menuntut ilmu ke negeri orang.

INTINYA……….. bahwa dampak labeling positif akan berdampak positif juga untuk anak dan lingkungan anak. Sama halnya dengan labeling negatif, yang telah dipaparkan.

 

Buku serial dengan cover terbaru, bisa kamu beli pada link https://tokopedia.link/skGIMyHmIob 


 


Terimakasih telah membaca

Semoga bermanfaat

Salam literasi ^^

 

Referensi :

Jurnal Dampak labeling terhadap anak. FOTA- Salman, 4 Nov 2007