Indonesia patut berbangga dengan kemahiran sang penulis,  Andrea Hirata. Prestasinya dimulai dari buku Laskar Pelangi yang fenomenal. Buku Laskar Pelangi, telah diterbitkan ke 25 versi bahasa asing. Telah diedarkan di lebih dari 130 negara. Andrea Hirata juga telah banyak mendapatkan penghargaan dan mendirikan museum sastra, di kampung kelahirannya, Belitong.

Buku ini saya pinjam dari teman. Karena meminjam buku dari teman adalah salah satu cara dapat buku gratis . Boleh baca sebentar, setelah itu dikembalikan. Hehe.  Buku yang aku baca ini merupakan cover terbaru. Cover sebelumnya dominan bersampul kuning cetakan tahun 2019. Jadi, aku nggak salah ya kalau buku ini cetakan tahun 2020. Karena memang tertera di buku ini.  Buku ini ber-genre novel fiksi.  Terdapat unsur komedi, persahabatan, dan aksi .

Dalam buku ini tersirat kritik sosial yang membeberkan fakta perihal kemiskinan, dan pendidikan di Indonesia.  Yang membuat buku ini seru, salah satunya ada adegan aksi . Sehingga membuat saya ketagihan ingin segera menyelesaikannya. Ternyata, tidak hanya novel romantis saja yang bikin ketagihan. Genre aksi tak kalah serunya. Haha.


BACA JUGA : Setelah Baca Buku. Baru Sadar Belum Review. Sopan Kah Begitu ? 

BACA JUGA : Saya Tahu Rahasia Sukses Pendidikan Finlandia


Sekilas ceritanya (tanpa spoiler)

Rasanya kesal saat menengok bagian cover dan belakang buku. Sama sekali tidak ada “contekan” ceritanya. Hanya ada kehebatan dan prestasi sang penulis. Buku yang penuh kebanggaan. Haha.

Orang-orang biasa menceritakan tentang kehidupan masyarakat di Kota Belantik. (sebenarnya kota belantik itu nyata nggak sih? Hemm… *berpikir). Fokus utamanya ke beberapa karakter yaitu Inspektur Abdul Rojali, Sersan P. Arbi (anak buahnya), dan 10 sekawan orang biasa. Karakter pendukungnya Trio Bardun,dan  Duo Bardun.

Awalnya dari kisah 10 anak SD yang bernasib menjadi penduduk bangku paling belakang. Mereka yaitu Salud, Rusip, Dinah, Debut, Honorun, Tohirin, Junilah, Sobri, Handai, dan Nihe. Meskipun mereka banyak, tetap saja kalah. Tidak bisa menandingi  kekuatan Trio Bastardin dan Duo Bardun. Sepuluh sekawan ini sayangnya, bernasib buruk. Tidak ada yang lulus SMA.  Kehidupan mereka selulus sekolah juga tak jauh beda. Pekerjaan seadanya, hanya orang biasa. Tidak ada yang istimewa.

Debut sebagai penjual buku. Tohirin guru honorer. Dinah menjual mainan yang sering dikerjar Satpol PP. Junilah dan Nihe bekerja di CV Klino miliknya Rusip. Salud pekerja serabutan. Sobri bekerja sebagai supir mobil tangki septik. Tohirin sebagai kuli pelabuhan. Dan Honorun bekerja sebagai guru honorer.

Beda halnya dengan nasib si pembuli, Trio Bastardin. Mereka menjadi pengusaha, politisi dan birokrat. Namun, cerdik menggunakan uang rakyat. Memiliki usaha batu mulia untuk usaha “cuci uang”.

Konflik dimulai saat Aini – anaknya Dinah – diterima di Fakultas Kedokteran. Menurut 10 sekawan, ini merupakan keajaiban dunia. Dinah yang sama sekali tidak bisa matematika, memiliki anak yang pandai matematika. Sungguh aneh bin ajaib. Lalu, orang miskin seperti Dinah bagaimana caranya bisa menyekolahkan Aini ke Fakultas Kedokteran? Untuk kehidupan sehari-hari saja kekurangan.

Kota Belantik adalah kota yang damai. Sedikit angka kriminalitas di sana.  Maka dari itu, kedua polisi – inspektur Rojali dan sersan – terlihat santai tidak berurusan dengan “penjahat”.  Namun, keadaan berubah ketika kwartet Mul datang kembali ke Belantik. Seorang warga melaporkan akan ada perampokan di bank.

Polisi langsung mencari kebenaran informasi tersebut. Apakah benar ada perampokan? Siapa pelakunya? Jawabannya ada di buku Orang-orang Biasa.

“Buku tentang orang-orang biasa. Namun, ceritanya tidak biasa. “ 


Alasanku tertarik membaca buku ini

Pertama karena karyanya Andrea Hirata. Kedua karena judul bukunya. Orang-orang biasa. Mungkin keinginan dalam diri yang mengatakan bahwa aku cuma orang biasa kok. Nggak pengen terkenal. Tapi pengen banyak duit. Loh? Hehe. Intinya hanya ingin menjadi rakyat biasa. Dengan tetap menjalankan passion dan profesinya. Rasanya judul buku ini, sama dengan nilai hidup yang aku pegang.

Buku yang bercerita dari sudut pandang pihak ketiga serba tahu ini, sangat khas Andrea Hirata banget. Banyak budaya yang dimasukkan seperti warung kopi, panggilan boi, dan kebudayaan melayu lainnya. Mungkin Kota Belantik terletak di Pulau Sumatra dekat Malaysia. Ini hanya imajinasi saya. Hehe.

Rasanya buku ini agak-agak mirip Laskar Pelangi. Membahas pendidikan dan juga kemiskinan. Pantang menyerah mencari ilmu, meskipun terbatas garis kemiskinan. Carut marut korupsi sampai menyentuh Kota Belantik – yang katanya memiliki sedikit kasus kriminalitas. Aku tersadar sepenuhnya bahwa  banyak muslihat orang mengambil uang rakyat untuk memuaskan nafsunya. Banyak modus dan tipuannya, termasuk acara cuci uang. Tentu saja ini menjadi tugas berat untuk KPK.


Kutipan favorit

“Hanya orang-orang yang ikhlas yang dapat melihat kemuliaan dari pekerjaannya, Sersan. Mereka yang tak melihat kemuliaan itu takkan pernah mencintai pekerjaannya. Menegakkan hukum adalah pekerjaan yang mulia, Sersan!”  (hal. 21)

“Dunia ini rusak gara-gara banyak bawahan yang suka melapor pada atasan , asal atasan senang saja, Sersan. Bawahan semacam itu adalah para penjilat! Kalau melaporkan apa pun padaku, apa adanya, Sersan! Jangan dikurang-kurangi, jangan ditambah-tambahi!”  (hal. 48)

“Para pelaku kejahatan adalah orang-orang  yang jiwanya sakit, Sersan!” (hal. 245)

“Karena itu bukan hal luar biasa mereka kembali ke tempat mereka telah beraksi, untuk kembali merasakan betapa hebat mereka waktu itu. Betapa saat beroperasi mereka  punya kuasa mutlak dan dapat mengendalikan semua orang. Dengan cara itulah mereka melayani hasrat gelap dalam jiwa mereka yang sesat. Dan perasaan itu menyandu, Sersan. Itulah sebabnya mengapa kejahatan cenderung berulang-ulang. Maka jangan sekali-kali kita memulai untuk berbuat jahat,Sersan! Untuk tidak jujur! Untuk curang ! Untuk culas! Karena seperti dikatakan dalam sebuah lagu, kau yang mulai, kau yang takkan bisa mengakhiri!”  (hal. 245)

 

Info buku 

Judul buku          : Orang-orang Biasa

Penulis                : Andrea Hirata

Penerbit              : Bentang Pustaka

Tahun terbit        : 2020

Jumlah hal          : 310

ISBN                   : 978-602-291-685-7


Penilaian

Aku beri nilai 5 dari 5. Sempurna? Ya, aku suka cerita yang disajikan Andrea Hirata. Namun, ada rasa kecewanya karena bagian belakang buku tidak memuat sinopsis. Bukan salah si penulis. Ini keputusan dari penerbit. Selanjutnya, ingin baca buku Sirkus Pohon, dan Guru Aini. Kabarnya buku Guru Aini merupakan prekuel dari buku Orang-orang Biasa.

 

Terimakasih telah membaca.

Semoga bermanfaat ^^

Salam literasi. Ayo baca buku!


cover terbaru buku Orang-orang Biasa