Judul buku : Teach Like Finland, Mengajar Seperti Finlandia 33 Strategi Sederhana Untuk Kelas Yang Menyenangkan
Penulis : Timothy D. Walker
Penerbit : Grasindo
Tahun terbit : 2017
Jumlah halaman : 190
ISBN : 571 7500 51
Buku ini adalah buku terjemahan. Best seller yang telah mengalamai pencetakan sampai 9 kali. Terbit pertama kali di New York. Cetakan pertama pada tahun 2017 dan yang terakhir (yang ke-9) di bulan Juli 2019. Keren banget ya. Wow. Masyaallah tabarakallah. Buku Ini memuat strategi dan anjuran-anjuran yang sangat mudah dipraktekkan dari sistem pendidikan kelas dunia. Buku ini ber-genre nonfiksi, edukasi.
Ketika saya pertama kali mengetahui ada buku ini, malas mau membuka halamannya. Ogah baca, pinjem ataupun beli. Padahal di tahun 2019 saya telah berprofesi guru. Namun, saat sahabat saya membeli buku ini di acara bazar buku, jadi pengen baca. Hahaha. Saya mengira buku ini pasti isinya berat banget. Mungkin seperti buku-buku kuliahan gitu, pikir saya.
Anggapan saya terbantahkan. Justru seru bukunya. Tidak membosankan. Si penulis Timothy D. Walker menyampaikannya dengan cara menyenangkan & mudah dipahami. Rasanya seperti membaca novel yang banyak cerita laiknya catatan harian.
Baca juga buku pendidikan yang lain :
Review Buku: Perjalanan Seorang Duta Kemanusiaan UNICEF
Sekilas Tentang Isi Buku
Buku ini berdasarkan pengalaman nyata dari si penulis, Timothy D Walker. Timothy adalah seorang guru yang bekerja di pendidikan dasar sekolah Helsinki, Finlandia. Dia mengajar kelas 5 dan 6. Sebelumnya Timothy mengajar di Boston, Amerika. Dia pindah bersama istri & anak-anaknya. Notabene-nya buku ini sebagai pengalaman dari warga asing yang baru menetap di Finlandia.
Penyebab buku ini muncul karena siswa-siswa Finlandia yang berumur 15 tahun berhasil mendapatkan skor tertinggi di penyelenggaraan pertama PISA (Programme For International Student Assessment), pada tahun 2001. Ujian itu meliputi penilaian keterampilan berpikir kritis matematika, sains dan membaca. Program penilaian siswa internasional ini diikuti oleh 31 negara di dunia.
Mengetahui hal ini, dunia pendidikan terguncang. Apalagi Finlandia, yang terkejut mengetahui hasil tes tersebut. Mungkin banyak yang kepo juga & ingin menjiplak kesuksesan pendidikan Finlandia.
Saya pun pernah mendengar sekelebat info tentang pendidikan di Finlandia. Katanya memiliki jam belajar yang sedikit, tidak ada PR. Namun, mereka pintar-pintar, prestasinya bagus-bagus. Bahkan memiliki skor tertinggi dibandingkan negara maju lainnya, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, dll. Kalau negara tersebut saja kalah, apalagi Indonesia ya.
Berikut adalah sinopsis di belakang buku:
Finlandia mengejutkan dunia ketika siswa-siswa nya yang masih berusia 15 tahun berhasil mencatatkan skor tertinggi di penyelenggaraan pertama PISA (Programme For International Student Assessment), pada 2001. Ujian itu meliputi penilaian keterampilan berpikir kritis di matematika, sains dan membaca. Hingga kini, negara mungil ini terus-terusan memukau. Bagaimana pendidikan finlandia yang jam pelajarannya pendek, PR-nya tidak banyak, dan ujiannya tidak begitu terstandarisasi, dapat "mencetak"siswa-siswa nya dengan prestasi yang sangat baik?
Ketika Timothy
mulai mengajar kelas 5 di sebuah sekolah negeri di Helsinki, ia mulai mencatat
rahasia-rahasia dibalik kesuksesan sekolah-sekolah di Finlandia. Timothy
menuliskan rahasia-rahasia ini, dan artikel-artikel nya di Atlantic kerap
menuai tanggapan antusias. Dalam buku ini, ia mengumpulkan semua temuan
tersebut, dan menjelaskan pada para pengajar, cara untuk
mengimplementasikannya.
Merubah Sistem Pendidikan ...
Merubah sistem pendidikan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja sama dengan berbagai pihak. Termasuk pemerintah, para orang tua, sekolah, siswa, dll. Namun, buku ini ingin memberikan tips sederhana yang bisa diaplikasikan. Tiga puluh tiga strategi sederhana untuk kelas yang menyenangkan ini, terangkum dalam daftar isinya. Berikut 33 strategi yang tercantum di daftar isi:
1. Kesejahteraan, meliputi; jadwal istirahat otak, belajar sambil bergerak, recharge sepulang sekolah, menyederhanakan ruang, menghirup udara segar, masuk ke alam liar, menjaga kedamaian
2. Rasa dimiliki, meliputi; mengenal setiap anak, bermain dengan murid-murid, merayakan pembelajaran mereka, mengajar mimpi kelas, menghapus perisakan (bullying), berkawan
3. Kemandirian, meliputi; mulai dengan kebebasan, meninggalkan batas, menawarkan pilihan, buat rencana bersama siswa anda, buat jadi nyata, tuntutan tanggung jawab
4. Penguasaan, meliputi; ajarkan hal-hal yang mendasar, gunakan buku pegangan, manfaatkan teknologi, memasukkan musik, menjadi pelatih, buktikan pembelajaran, mendiskusikan nilai
5. Pola pikir, meliputi; mencari flow, berkulit tebal, kolaborasi lewat kopi, menyambut para ahli, melepaskan diri untuk berlibur, jangan lupa bahagia
BACA JUGA : Yuk Baca Yuk Kawan .....
Bisa Nggak Ya Pendidikan Di Indonesia Seperti Di Finlandia ?
Berdasarkan pemahaman saya yang sedikit ini, sebagai guru sekolah dasar, Indonesia bisa kok memiliki sistem pendidikan Finlandia. Jika Indonesia mau menerobos batas-batas budaya & merubah kebiasaan. Sistem pendidikan tentu saja erat kaitannya dengan budaya. (*jadi berat gini bahasannya).
Misalnya pada strategi tentang kemandirian. Perihal anak TK bisa ke sekolah sendiri. Pergi & pulang sendiri. Beda halnya dengan siswa di Indonesia. Guru & orang tua Finlandia sangat mempercayai siswa. Dalam pembelajaran praktek langsung menjadi profesi tukang kayu. Mereka diizinkan untuk menggunakan alat-alat perkakas sungguhan. Sesuai dengan pernyataan guru Finlandia bahwa jika ada hal buruk terjadi pada mereka, maka hal tersebut menjadi pembelajaran untuk mereka.
Terkait dengan 33 strategi pembelajaran ini, sebagian ada yang bisa diterapkan. Ada juga yang tidak bisa diterapkan. Satu hal yang sangat penting, yang harus ada pada pendidikan di negara manapun adalah pengajar harus bahagia. Guru yang bahagia akan berpengaruh pada suasana pembelajaran.
Jadi sebenarnya semua strategi bisa diterapkan. Tapi mungkin akan ada perombakan pada kebijakan sekolah, persepsi orang tua bahkan dari murid itu sendiri.
Untuk sebelum menerapkan strategi belajar tersebut, mungkin pengajar perlu berdiskusi dengan guru lain & kepada pihak sekolah. Beberapa perbedaan karakteristik siswa & budaya bisa saja mempengaruhi hasil strategi belajar. Kemungkinan hasil strategi belajar tidak sama persis dengan Finlandia. Mungkin perlu ada beberapa percobaan untuk melihat hasilnya.
Seandainya Bisa Study Banding Ke Sana
Setelah membaca buku ini jadi pengen study banding ke Finlandia. Alangkah baiknya jika Menteri yang terhormat, khususnya kemendikbud, bisa menginternalisasi nilai-nilai baik model pendidikan Finlandia. Pilah pilih yang sekiranya cocok & syukur-syukur jika bisa se-sukses pendidikan Finlandia.
Berikut beberapa kata mutiara/ quote menarik yang ada di buku. Aslinya hampir semuanya keren. Tapi capek euy ngetiknya. Hehe.
“Untuk menjadi bahagia, salah satu hal mendasar yang harus kita miliki adalah perasaan kompeten dalam suatu area tertentu, seperti memahat, koding atau menulis. (h. 128)
Ini (strategi mendiskusikan nilai) merupakan strategi yang menolong mereka untuk mencerminkan pembelajara mereka & pada akhirnya mendukung mereka karena mereka berusaha mencapai penguasaan dalam kelas mereka. (h. 165)
Menjadi guru yang juga mencari flow, bukannya superioritas adalah sesuatu yang tidak hanya baik untuk kita; namun ini juga baik bagi siswa kita. (h.173)
Agar dapat berkolaborasi dengan lebih baik, membudayakan sikap “kita” merupakan hal yang penting, namun frekuensi untuk saling cek dengan rekan kerja Anda juga penting. (h. 182)
Saya menemukan bahwa semakin sering saya mengundang para ahli datang ke kelas saya, saya makin melihat diri saya sebagai seorang manajer yang dapat merancang pengalaman pembelajaran yang luar biasa untuk kelas saya . (h. 183)
Ini (berlibur) adalah sesuatu yang telah menyemangati saya menjadi lebih aktif secara fisik, lebih menghargai alam, lebih banyak beristirahat, & dapat hadir lebih banyak di tengah-tengah keluarga dan teman-teman. (h. 189)
Strategi paling penting dalam buku ini sebenarnya adalah sesuatu yang paling sederhana: jangan lupa bahagia. (h. 190)
Jika kamu penasaran bagaimana suasana pembelajaran kelas di Finlandia, coba tonton video yang diunggah Timothy. Dia pernah mempublikasikan lewat channelnya di YouTube. Siswa tidak hanya belajar teori saja. Siswa juga praktek langsung seperti orang dewasa/ orang pekerja. Salah satunya seperti video di bawah ini. Memotong kayu, memahat kayu, dll.
Menurut mu apakah pendidikan di Indonesia bisa sesukses Finlandia?
Terimakasih telah membaca. Semoga bermanfaat.
Salam literasi. Ayo baca buku! ^^
Menarik banget kayanya buku tersebut, walaupun aku bukan pengajar dan sudah nggak belajar dalam lingkungan belajar formal, tapi alangkah baiknya kalau pendidikan itu lebih fokus ke pembentukan karakter secara riil. Dari pengalaman yang aku dapat di kurikulum lalu (pembentukan karakter nyata bukan untuk penindasan antara si bodoh dan si pintar atau perbedaan antara si kaya dan si miskin).
BalasHapusHalo kak. Setuju banget kak. Pendidikan nggak selalu tentang nilai akademik. Namun juga pendidikan karakter. Istilah nya tidak hanya IQ saja, juga melibatkan EQ.
HapusSemoga ya secepatnya sistem pendidikan di Indonesia dibuat sesuai Bakat berdasarkan hasil test psikologi dan EQ.
BalasHapusSekin dini bakat seseorang diketahui, makin akan terasah keterampilan dan kepandaiannya
aamiin. aamiin. harapannya semoga tingkat literasi bangsa indonesia bisa semakin maju. berkembang pesat sehingga semua orang punya minat baca. terimakasi kak sudah mampir :)
Hapus