sumber : istimewa

"Capek banget gini terus, Pengin nikah aja"

Secarik kalimat dalam buku “Jika kita tak pernah jadi apa-apa”.

Kalimat ini pernah aku ucapkan saat SMA. Maksudnya yang semakna, “rasanya pengen cepet-cepet kuliah. Kayaknya enak gak usah pakai seragam, bisa bangun siang, punya banyak teman dari luar daerah”.

Namun, faktanya saat menjalani masa kuliah. Justru ingin balik ke masa SMA. Karena masa kuliah itu tak lepas dari masalah. Ada dramanya juga. Dikiranya jalan mulus, eh ada jalan berliku dan menanjak.


ilustrasi: masa kuliah

Saat di masa kuliah

Sampailah aku di masa kuliah. Senang betul bisa masuk PTN favorit dan jurusan yang aku idam-idamkan. Kuliah jurusan psikologi. Inginnya menghindari matematika, pokoknya yang tentang rumus dan hitung-hitungan. Paling malas deh.

Kenyataannya, di jurusan psikologi ada mata kuliah psikometri. Tetap ada hitung-hitungan. Tapi bedanya dari masa kuliah adalah tidak diwajibkan hafal rumus. Pada masa kuliah, menggunakan aplikasi SPSS untuk validasi data. Guna keperluan penelitian.

Masa kuliah enak kok. Beda dari masa SMA. Meskipun beberapa hal berbeda, ada lagi rintangannya. Harus rajin mencari bahan ajar sendiri. presentasi, tugas kelompok, dll. Kadang home sick (kangen rumah).

Ya begitulah masa kuliah. Walaupun ada rintangan dan masalah. Semuanya berkesan untukku. Kuliah di Semarang bertemu kawan-kawan. Masa-masa yang tidak bisa diulang lagi.


ilustrasi: masa kerja

Kuliah kemudian kerja

Saat kerja pun pas pulang badan pegal-pegal. Capek, menguras tenaga, waktu, uang dan perasaan.

Pernah terpikirkan kalimat itu, “capek ih kerja. Pengen nikah aja dah. Kayaknya enak di rumah terus, ngurus anak dan suami. Nantikan dikasih uang bulanan sama suami”

Apakah kamu pernah berpikir seperti itu?

Apakah hanya kaum wanita saja yang punya pikiran begitu?

Hem……

ilustrasi : capek kerja nih mak
 

Kalau capek kerja, apakah solusinya menikah?

Menikah itu tidak sesederhana mencintai pasangan saja. Namun, hidup bersamanya sampai akhir hayat. Memiliki keturunan, dan berencana jangka panjang.

Mengurus anak membutuhkan pengetahuan tentang pola asuh. Hidup bersama pasangan dan kemelut hidup di dalamnya pun , membutuhkan pengetahuan. Tak hanya akad saja, langsung bahagia tanpa masalah.

Justru saat kehidupan menikah banyak rintangan-rintangan yang berbeda dengan fase sebelumnya. Biasanya gak perlu urus tagihan listrik. Saat menikah, jadi wajib memikirkan. Besok masak apa, anak dan suami bekalnya apa, dll.

Fase baru, tantangan baru dan membutuhkan pengetahuan baru.

Lantas banyak pengorbanan di dalamnya. Berkorban waktu, tenaga, uang, jiwa, dan raga.

Jika dipikir-pikir lagi, menikah bukanlah solusinya. Kalau capek kerja ya isitirahat lah. Tidur di kasur. Beneran tidur memejamkan mata. Atau jalan-jalan, olahraga, melakukan hobi.

Menurutku, menikah tidak menyelesaikan kecapekan kerja. Malah menambah tugas dan beban hidup. Alhamdulillah, aku telah menyadari ini. Hehe.

 

Bukannya mau mengeluh. Bukan itu maksud dari tulisanku

Dari buku ini, penulis memberikan pengugah. Sudut pandang bijak mencerahkan. Bahwa :

“Semua masa pasti ada masalah. Ada rintangannya. Semua pasti ada hikmahnya. Mungkin melatih individu agar memiliki kesabaran, kebijakan dan simpati. Mungkin loh ya. Hikmahnya kan banyak. Hehe. “

Semua fase kehidupan. Termasuk masa jenjang pendidikan SD sampai kuliah. Kerja , menikah lalu punya anak dan cucu. Fase terakhir dalam hidup adalah kematian.

Semuanya ada dramanya, tantangan, masalah, melelahkan. Jalannya kadang mulus, mendaki, menurun.

 

Kata penulis, Alvi Syahrin

Halaman 43

Mungkin, jawabannya bukan berada di... ingin cepat-cepat lulus, ingin cepat-cepat nikah, ingin cepat-cepat itu; tetapi, jawabannya adalah menerima apa pun yang kamu hadapi saat ini.

Maksudku, kita bisa apa lagi, sih?

Namun, aku bilang begini bukan berarti kita hanya duduk diam dan tak melakukan apa-apa. Kita harus bergerak. Melakukan apa yang ingin kita gapai. Mengejarnya sungguh-sungguh. Berdoa tanpa henti. Namun, kita juga harus bisa melepaskan ke sok tahuan kita tentang hidup. Kita harus belajar biasa saja. Tidak terlalu bahagia, tidak terlalu sedih.

Biasa saja, tetapi tetap kejar yang terbaik, lakukan yang terbaik, syukuri segalanya Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”

 

Terima kasih telah membaca.

Salam literasi ^^

 

Silahkan bagikan artikel ini jika bermanfaat. Tak lupa cantumkan sumbernya ya.

Mau baca buku ini? Yuk tukar buku atau boleh banget beli buku preloved ini. Cek di sini yaa.