![]() |
sumber : istimewa |
"Capek banget gini terus, Pengin nikah aja"
Secarik kalimat dalam
buku “Jika kita tak pernah jadi apa-apa”.
Kalimat ini pernah aku
ucapkan saat SMA. Maksudnya yang semakna, “rasanya pengen cepet-cepet kuliah.
Kayaknya enak gak usah pakai seragam, bisa bangun siang, punya banyak teman
dari luar daerah”.
Namun, faktanya saat
menjalani masa kuliah. Justru ingin balik ke masa SMA. Karena masa kuliah itu
tak lepas dari masalah. Ada dramanya juga. Dikiranya jalan mulus, eh ada jalan
berliku dan menanjak.
![]() |
ilustrasi: masa kuliah |
Saat di masa kuliah
Sampailah aku di masa
kuliah. Senang betul bisa masuk PTN favorit dan jurusan yang aku idam-idamkan.
Kuliah jurusan psikologi. Inginnya menghindari matematika, pokoknya yang
tentang rumus dan hitung-hitungan. Paling malas deh.
Kenyataannya, di
jurusan psikologi ada mata kuliah psikometri. Tetap ada hitung-hitungan. Tapi
bedanya dari masa kuliah adalah tidak diwajibkan hafal rumus. Pada masa kuliah,
menggunakan aplikasi SPSS untuk validasi data. Guna keperluan penelitian.
Masa kuliah enak kok.
Beda dari masa SMA. Meskipun beberapa hal berbeda, ada lagi rintangannya. Harus
rajin mencari bahan ajar sendiri. presentasi, tugas kelompok, dll. Kadang home
sick (kangen rumah).
Ya begitulah masa
kuliah. Walaupun ada rintangan dan masalah. Semuanya berkesan untukku. Kuliah
di Semarang bertemu kawan-kawan. Masa-masa yang tidak bisa diulang lagi.
![]() |
ilustrasi: masa kerja |
Kuliah kemudian kerja
Saat kerja pun pas
pulang badan pegal-pegal. Capek, menguras tenaga, waktu, uang dan perasaan.
Pernah terpikirkan
kalimat itu, “capek ih kerja. Pengen nikah aja dah. Kayaknya enak di rumah
terus, ngurus anak dan suami. Nantikan dikasih uang bulanan sama suami”
Apakah kamu pernah
berpikir seperti itu?
Apakah hanya kaum
wanita saja yang punya pikiran begitu?
Hem……
![]() |
ilustrasi : capek kerja nih mak |
Kalau capek kerja, apakah solusinya menikah?
Menikah itu tidak
sesederhana mencintai pasangan saja. Namun, hidup bersamanya sampai akhir
hayat. Memiliki keturunan, dan berencana jangka panjang.
Mengurus anak
membutuhkan pengetahuan tentang pola asuh. Hidup bersama pasangan dan kemelut
hidup di dalamnya pun , membutuhkan pengetahuan. Tak hanya akad saja, langsung
bahagia tanpa masalah.
Justru saat kehidupan
menikah banyak rintangan-rintangan yang berbeda dengan fase sebelumnya.
Biasanya gak perlu urus tagihan listrik. Saat menikah, jadi wajib memikirkan.
Besok masak apa, anak dan suami bekalnya apa, dll.
Fase baru, tantangan
baru dan membutuhkan pengetahuan baru.
Lantas banyak pengorbanan di dalamnya. Berkorban waktu, tenaga, uang, jiwa, dan raga.
Jika dipikir-pikir lagi, menikah bukanlah solusinya. Kalau capek kerja ya isitirahat lah. Tidur di kasur. Beneran tidur memejamkan mata. Atau jalan-jalan, olahraga, melakukan hobi.
Menurutku, menikah tidak menyelesaikan kecapekan kerja. Malah menambah tugas dan beban hidup. Alhamdulillah, aku telah menyadari ini. Hehe.
Bukannya mau mengeluh. Bukan itu maksud dari tulisanku
Dari buku ini, penulis
memberikan pengugah. Sudut pandang bijak mencerahkan. Bahwa :
“Semua masa pasti ada
masalah. Ada rintangannya. Semua pasti ada hikmahnya. Mungkin melatih individu
agar memiliki kesabaran, kebijakan dan simpati. Mungkin loh ya. Hikmahnya kan
banyak. Hehe. “
Semua fase kehidupan.
Termasuk masa jenjang pendidikan SD sampai kuliah. Kerja , menikah lalu punya
anak dan cucu. Fase terakhir dalam hidup adalah kematian.
Semuanya ada dramanya,
tantangan, masalah, melelahkan. Jalannya kadang mulus, mendaki, menurun.
Kata penulis, Alvi Syahrin
Halaman 43
“Mungkin, jawabannya bukan berada di... ingin cepat-cepat lulus, ingin cepat-cepat nikah, ingin cepat-cepat itu; tetapi, jawabannya adalah menerima apa pun yang kamu hadapi saat ini.
Maksudku, kita bisa apa lagi, sih?
Namun, aku bilang begini bukan berarti kita hanya duduk diam dan tak melakukan apa-apa. Kita harus bergerak. Melakukan apa yang ingin kita gapai. Mengejarnya sungguh-sungguh. Berdoa tanpa henti. Namun, kita juga harus bisa melepaskan ke sok tahuan kita tentang hidup. Kita harus belajar biasa saja. Tidak terlalu bahagia, tidak terlalu sedih.
Biasa saja,
tetapi tetap kejar yang terbaik, lakukan yang terbaik, syukuri segalanya
Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
Terima kasih telah membaca.
Salam literasi ^^
Silahkan bagikan artikel
ini jika bermanfaat. Tak lupa cantumkan sumbernya ya.
Mau baca buku ini? Yuk
tukar buku atau boleh banget beli buku preloved ini. Cek di sini yaa.
COMMENTS