Film bertema drama religi ini mulai tayang  tanggal 15 Juli 2015 kemarin.  Menyambut moment libur lebaran berkumpul bersama keluarga.  Film yang diadaptasi dari novelnya mba Asma Nadia dengan judul yang sama. Kalau kata penulis novelnya harus baca juga bukunya dan tonton filmnya. Tapi saya sendiri adalah jenis orang yang malas membaca buku kalau sudah menonton filmnya. Hehe....  


Lanjut... film yang sudah saya tonton ini ternyata banyak juga peminatnya. Rata-rata penonton nya adalah gadis remaja dan ibu-ibu. Bener kan? Berdasarkan update di instagram. Hehe. UPDATE: sekarang penontonnya sudah 1juta loh.  

Film bertema keluarga dan konflik rumah tangga akibat poligami ini diperankan oleh Fedi Nuril, Claudya Cinta Bella dan Raline Shah. Ada juga Kemal Pahlevi yang membuat perut sedikit tertawa. Fedi Nuril (Pras) menikah dengan Claudya Cinta Bella (Arini) memiliki pernikahan yang harmonis sebelum Pras menikah lagi dengan Raline Shah (Meirose).  Arini bahagia menikah dengan Pras, ingin menciptakan surga yang dirindukan yakni keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.  Berpoligami bukan rencana Pras, mendadak dilakukan karena ingin menyelamatkan anak Meirose agar tidak menjadi anak yatim piatu seperti dirinya. 

Awalnya Arini tidak menerima pernikahan kedua Pras. Merasa dongengnya sudah hancur. Seiring waktu berjalan, dia dapat ikhlash dan sabar menerima pernikahan tersebut.  Kemudian pada akhirnya, Meirose pergi meninggalkan Pras, Arini, dan anaknya.  Itu lah pilihan hidupnya.  “Jika aku lebih dulu mengenalMu ya Allah, mungkin tidak akan ada air mata yang tumpah karena wajah perempan lain”, batin Meirose. 

Buat yang masih bingung makna dari film ini. Makna awal film Surga yang Tak Dirindukan dari versi novelnya adalah sudut pandang suami melihat rumahnya bukan surga lagi karena ada rumah idaman lain yang menjadi istana kedua. Info ini dari akun intagram sytd_movie. 

Jadi, apa itu poligami? Bolehkah dalam islam? Boleh lah. Rasulullah juga pernah melakukan poligami, tapi tentu ada alasan syar’i nya.  Janganlah benci pada sesuatu karena sesuatu yang tidak kita sukai boleh jadi baik untuk kita. Sebaliknya, apa yang kita sukai belum tentu baik untuk kita. 

Kalau saya jadi Arini di film itu (*siapa yang tanya? haha), pasti lah akan bersedih hati. Berpikir dari sudut pandang lain. Apa alasan suami berpoligami tanpa membicarakan nya terlebih dahulu dengan istri pertama. Mengambil hikmah dan mencari solusi yang terbaik dengan sabar dan solat. Menurut saya sih, Arini sudah cukup bijak mengambil keputusan yakni mau menerima sabar dan ikhlash. Dia tidak egois karena memikirkan masa depan anaknya jika nantinya bercerai. 

Kesimpulannya, film ini bagus. Mengajarkan sabar dan ikhlash. Dalam pikiran saya, kapan yaa bisa menulis buku dan di jadikan film? Seperti mba Asma Nadia. Keren deh beliau! Keren sekali!  


Yuk yang belom nonton, mari menonton di bioskop. Dukung lah karya dalam negeri!!! Seperti saya. hehe. :)