Lagi-lagi buku ini tidak ada sinopsisnya, di depan maupun di belakang sampul buku. Hem. Agak kesel rasanya. Namun, setelah habis membaca novel ini rasa kesal itu lenyap. Raib. Memang benar testimoni dari para pembaca sebelumnya. Brilliant, genius! Keren banget masyaallah.

Dan lagi-lagi, aku meminjam buku dari seorang teman. Haha. Jangan bilang aku tidak modal ya! Aku modal kok. Modal waktu, kuota, dan ongkir. Hehe. Faktanya, selain meminjam buku teman. Ada cara lain agar bisa baca buku gratis. Salah satunya tukar buku. 

Persangkaan ku setelah beberapa kali membaca buku dan menonton filmnya, aku beropini bahwa sepertinya kisah-kisah yang diceritakan itu nyata. Ada dan pernah terjadi. Lalu agar tambah menarik ditambah berbagai bumbu. Adegan aksi, romansa, dan sebagainya.

Rasanya ya. (Opini lagi) bahwa kisah seorang ayah seperti betulan ada di Belantik, Pulau Belitong, Sumatera. Entah lah. Ini hanya opini persangkaan saja. aku tidak punya bukti kuat.

 

Sekilas ceritanya

Tokoh utama yang berperan sebagai ayah adalah Sabari bin Insyafi. Warga di kampong Belantik yang sangat menyukai puisi sekaligus pembuat puisi. Tidak pernah jatuh cinta kecuali dengan seorang perempuan yang bernama Marlena binti Markoni. Hingga usia tuanya, hanya mencintai dan menikah dengan Lena seorang.

Diceritakan bahwa Sabari sangat tergila-gila dengan Lena sejak tes masuk SMA. Meskipun hanya cinta bertepuk sebelah tangan. Sabari pantang menyerah. Tetap berharap, merindu dan berpuisi. Agar mendapatkan perhatian Lena, Sabari rela melakukan apa saja. Menjadi anggota Paskibra, ikut lomba lari, ikut lomba puisi, dll. Namun, Lena tetap tidak mau, tetap menolak Sabari.

Setelah lulus SMA, Sabari kerja di perusahaan ayahnya Lena. Lalu, di suatu hari mendengar permasalahan gawat. Sehingga Sabari rela menjadi tumbal dan menikah dengan Lena. Bukan main senangnya hati Sabari. Dia tersenyum, sedangkan Lena menunduk cemberut sepanjang resepsi.

Lalu lahirlah Zorro, anaknya Lena. Sabari tentu bahagia bukan kepalang memiliki anak. Meskipun, bukan darah dagingnya. Lena tak pernah menginap di rumah Sabari, meskipun telah menikah. Jarang pulang. Kemudian terdengar gossip yang menjadi nyata. Lena selingkuh dan gugat cerai. Tentu Lena memiliki hak asuh Zorro. Hal inilah yang dicemaskan Sabari, jika suatu hari bepisah dengan anak kesayangannya.

Hari paling menyedihkan itu tiba. Sabari pasrah Zorro diambil Lena. Kesepian menggerogoti jiwa dan raganya. Lena menikah lagi sampai 4x dengan pria berbeda dan di daerah yang berbeda. Lalu, bagaimana takdir Zorro dan Sabari? Apakah ayah dan anak tersebut akan berjumpa lagi? Silahkan dibaca bukunya


BACA JUGA : Review Buku Andrea Hirata "Orang-Orang Biasa"

BACA JUGA : Aku Sadar Review Buku Itu Asyik Banget, Ngab! 


Kesanku terhadap buku ini 

  • Seperti buku yang sudah sudah, buku ini menggunakan sudut pandang orang serba tahu. Namun, yang membuat ku bingung di halaman terakhir cerita ini menggunakan sudut pandang aku. Aku siapa yang dimaksud? Apakah si penulis sendiri?
  • Membaca cerita kepolosan, perilaku warga, kebiasaan dan budaya orang lain, sungguh mengasyikan. Buat saya, hal ini menjadi info baru, wawasan baru. Meskipun, buku ini fiksi, tak mengapa. Toh, Pulau Belitong itu memang nyata kan?
  • Kisah persahabatan Ukun, dan  Tamat sangat mengharukan. Meskipun, tidak meneteskan air mata. Namun, dada ini terasa hangat. So sweet…… semoga segera dapat bini ya.
  • Aku masih bertanya-tanya, siapakah Izmi? Dia laki-laki atau perempuan? Jika misalnya perempuan, aku kira Izmi akan berjodoh dengan Sabari. Ternyata hanya figuran saja.
  • Awal membaca aku merasa Lena sebagai tokoh penjahat. Karena sering berganti lelaki, tukang selingkuh, tega sekali dengan Sabari. Itu awalnya kok. Namun, selesai membaca buku ini jadi berubah pikiran. Tidak ada yang jadi penjahat. Meskipun, nasibnya Sabari tak pernah dipedulikan Lena. Malang nian nasib percintaanya. Penulis dan takdir bukan lah penjahat! Tidak ada penjahat kok. Ya begitu lah cerita. Jika tokoh utamanya tak mujur.

 

Penilaian

Aku memberi nilai sempurna 5 dari 5. Meskipun ada kekurangan. Iya lah manusia mana ada yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Aku pribadi suka dengan cerita yang dibawakan penulis dan buku-buku sebelumnya. Tentang warga belitong dan budaya di sana. Menarik hatiku. Uhuy. Jadi ingin membaca buku yang lain. Next, Guru Aini, Sirkus Pohon, Sebelas Patriot. Semoga berkesempatan membaca semuanya. Aamiin.

 

Ini loh bukunyaa 



Judul buku : Ayah

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : Bentang Pustaka

Tahun terbit : 2015

Jumlah hal : 396

ISBN : 978-602-291-102-9


Kutipan favorit

“Dia tersenyum karena ingin seperti ayahnya, yakni dapat menjadi senang karena hal-hal yang kecil. Seni menyenangi hal-hal yang biasa saja, begitulah istilah ayahnya yang tamat SD itu. Amiru ingin menguasai seni itu sampai tingkat ayahnya telah menguasainya sehingga menjadi orang yang dapat menertawakan kesusahan. Itulah ilmu tertinggi seni menyenangi hal-hal kecil. Itulah sabuk hitamnya.”  (hal. 51)

“Kebosanan itu kejam. Tetapi kesepian lebih biadab daripada kebosanan. Kesepian adalah salah satu penderitaan manusia yang paling pedih.” (hal. 250)

“Cukup dengan berbahasa Indonesia secara baik dan baku. Kau akan terbebas dari sikap tidak sopan, akan lancar berbicara dengan orang dari daerah manapun.” (hal 296)

“Jangan sungkan berpantun, berpepatah. Pantun adalah madu bahasa, pepatah adalah harta bahasa. Pakailah kata-kata seperti wahai, kiranya, seandainya, bilamana, manakala, sudikah, berkenankah, sediakala, gerangan. Semua itu perbendaharaan bahasa Indonesia yang megah dan bermutu tinggi. Kata-kata itu mencerminkan kualitas watak orang yang mengucapkannya!” (hal. 296)


Terimakasih telah membaca.

Semoga bermanfaat.

Salam literasi. Ayo baca buku!